SURABAYA SEBAGAI KOTA PAHLAWAN
DAN HARI PAHLAWAN
Ada dua peristiwa penting yang menjadi alasan Kota
Surabaya menjadi background Hari Pahlawan
dan mendapat julukan sebagai Kota Pahlawan. Pertama, ketika pasukan Kerajaan
Majapahit yang dipimpin oleh Raden Wijaya berhasil mengusir tentara Mongol
utusan Kubilai Khan dari Kota Surabaya. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 31
Mei 1293, yang kemudian diperingati sebagai HUT Kota Surabaya. Kedua, peristiwa
perlawanan Arek-Arek Suroboyo dan tentara nasional terhadap tentara Inggris
pada tanggal 10 November 1945.
Tanggal 10 bulan November adalah tanggal dan
bulan yang memiliki sejarah penting karena pada tanggal dan bulan tersebut
adalah pertama kalinya pasukan Indonesia melakukan perang terhadap tentara
asing yang berlangsung setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Selain
merupakan pertempuran pertama, peristiwa itu tercatat dalam sejarah sebagai
pertempuran terberat dan terbesar sepanjang sejarah dalam Revolusi Nasional
Indonesia.
Kota Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan,
karena kiprah kota ini dalam mempertahankan kemerdekaan, dengan perlawanan luar
biasa yang ditunjukkan oleh Arek-Arek Suroboyo. Keberanian Arek-Arek Suroboyo
ini bukan cuma ditunjukkan oleh warga yang telah mendapat latihan militer, tapi
juga dilakukan oleh banyak warga biasa. Mereka pada saat itu seakan tak gentar
melawan pasukan Sekutu, yang jelas memiliki persenjataan lebih baik.
Dalam pertempuran tersebut, terjadi juga peristiwa perobekan bendera Belanda menjadi merah-putih
yang dikenal dengan “insiden bendera” di atas Hotel Orange atau Hotel Yamato, yang
sekarang dikenal sebagai Hotel Majapahit. Dan untuk mengenang kisah kepahlawanan,
sekaligus keberanian Bondo Nekat (Bonek) dari Arek-Arek Suroboyo ini, maka didirikanlah Tugu Pahlawan
yang terletak di pusat Kota Surabaya.
Predikat Kota Pahlawan dianugerahkan kepada Kota
Surabaya, untuk mengabadikan “Semangat Juang Arek-Arek Suroboyo”. Tidak hanya
berawal dari peristiwa pada tanggal 10 November 1945 saja, tetapi dikaitkan
dengan sejarah terbentuknya tanah perkampungan Surabaya. Itupun berlanjut
hingga masa perjuangan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Republik
Indonesia itu sendiri. Artinya, semangat juang Arek-Arek Suroboyo itu berawal
dari kerajaan Majapahit, saat kelahiran Surabaya, dipertahankan sepanjang masa.
Semangat juang dan kepahlawanan itu melekat sebagai jati diri Kota Surabaya
dari dulu hingga kini.
Nama Bung Tomo, salah satu pelopor yang berasal dari kalangan masyarakat. Sosok itu memiliki nama Sutomo, dilahirkan pada 3 Oktober 1920 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Bung Tomo terkenal dalam upaya perlawanan masyarakat Indonesia melawan sekutu di Kota Surabaya. Adapun peristiwa 10 November menunjukkan peran penting dari tokoh Bung Tomo. Peran penting beliau yaitu membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya sekutu Indonesia yaitu Belanda dan Inggris. Ia sangat berpengaruh besar dalam masanya dalam meningkatkan semangat juang para pemuda indonesia khususnya para pemuda Surabaya untuk melakukan perlawanan yang tanpa kenal takut dan menyerah. Bung Tomo juga menjadi tokoh pendorong semangat masyarakat kota Surabaya sehingga perlawanan semakin teratur dari hari ke hari.
Pertempuran hebat antara para pejuang Indonesia
melawan tentara Inggris telah membangkitkan keseluruhan rakyat Indonesia untuk
mengusir para penjajah dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih, ribuan
korban yang meninggal dari kalangan pejuang sekitar 20.000 ribuan dan rakyat
sipil yang mengungsi dari Kota Surabaya sekitar 200.000 orang. Banyak sekali
para pejuang dan rakyat sipil pada pertempuran besar yang terjadi pada tanggal
10 November 1945 di Kota Surabaya ini yang kemudian Republik Indonesia (RI)
mengenang hari bersejarah tersebut sebagai Hari Pahlawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar