Rabu, 31 Desember 2014

Alasan Surabaya menjadi background Hari Pahlawan

SURABAYA SEBAGAI KOTA PAHLAWAN
DAN HARI PAHLAWAN





Ada dua peristiwa penting yang menjadi alasan Kota Surabaya menjadi background Hari Pahlawan dan mendapat julukan sebagai Kota Pahlawan. Pertama, ketika pasukan Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Raden Wijaya berhasil mengusir tentara Mongol utusan Kubilai Khan dari Kota Surabaya. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 31 Mei 1293, yang kemudian diperingati sebagai HUT Kota Surabaya. Kedua, peristiwa perlawanan Arek-Arek Suroboyo dan tentara nasional terhadap tentara Inggris pada tanggal 10 November 1945.



Tanggal 10 bulan November adalah tanggal dan bulan yang memiliki sejarah penting karena pada tanggal dan bulan tersebut adalah pertama kalinya pasukan Indonesia melakukan perang terhadap tentara asing yang berlangsung setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Selain merupakan pertempuran pertama, peristiwa itu tercatat dalam sejarah sebagai pertempuran terberat dan terbesar sepanjang sejarah dalam Revolusi Nasional Indonesia.

Kota Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan, karena kiprah kota ini dalam mempertahankan kemerdekaan, dengan perlawanan luar biasa yang ditunjukkan oleh Arek-Arek Suroboyo. Keberanian Arek-Arek Suroboyo ini bukan cuma ditunjukkan oleh warga yang telah mendapat latihan militer, tapi juga dilakukan oleh banyak warga biasa. Mereka pada saat itu seakan tak gentar melawan pasukan Sekutu, yang jelas memiliki persenjataan lebih baik. Dalam pertempuran tersebut, terjadi juga peristiwa perobekan bendera Belanda menjadi merah-putih yang dikenal dengan “insiden bendera” di atas Hotel Orange atau Hotel Yamato, yang sekarang dikenal sebagai Hotel Majapahit. Dan untuk mengenang kisah kepahlawanan, sekaligus keberanian Bondo Nekat (Bonek) dari Arek-Arek Suroboyo ini, maka didirikanlah Tugu Pahlawan yang terletak di pusat Kota Surabaya.

Predikat Kota Pahlawan dianugerahkan kepada Kota Surabaya, untuk mengabadikan “Semangat Juang Arek-Arek Suroboyo”. Tidak hanya berawal dari peristiwa pada tanggal 10 November 1945 saja, tetapi dikaitkan dengan sejarah terbentuknya tanah perkampungan Surabaya. Itupun berlanjut hingga masa perjuangan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia itu sendiri. Artinya, semangat juang Arek-Arek Suroboyo itu berawal dari kerajaan Majapahit, saat kelahiran Surabaya, dipertahankan sepanjang masa. Semangat juang dan kepahlawanan itu melekat sebagai jati diri Kota Surabaya dari dulu hingga kini.


Nama Bung Tomo, salah satu pelopor yang berasal dari kalangan masyarakat. Sosok itu memiliki nama Sutomo, dilahirkan pada 3 Oktober 1920 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Bung Tomo terkenal dalam upaya perlawanan masyarakat Indonesia melawan sekutu di Kota Surabaya. Adapun peristiwa 10 November menunjukkan peran penting dari tokoh Bung Tomo. Peran penting beliau yaitu membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya sekutu Indonesia yaitu Belanda dan Inggris. Ia sangat berpengaruh besar dalam masanya dalam meningkatkan semangat juang para pemuda indonesia khususnya para pemuda Surabaya untuk melakukan perlawanan yang tanpa kenal takut dan menyerah. Bung Tomo juga menjadi tokoh pendorong semangat masyarakat kota Surabaya sehingga perlawanan semakin teratur dari hari ke hari.

Pertempuran hebat antara para pejuang Indonesia melawan tentara Inggris telah membangkitkan keseluruhan rakyat Indonesia untuk mengusir para penjajah dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih, ribuan korban yang meninggal dari kalangan pejuang sekitar 20.000 ribuan dan rakyat sipil yang mengungsi dari Kota Surabaya sekitar 200.000 orang. Banyak sekali para pejuang dan rakyat sipil pada pertempuran besar yang terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya ini yang kemudian Republik Indonesia (RI) mengenang hari bersejarah tersebut sebagai Hari Pahlawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar