Senin, 13 Oktober 2014

Seni Bela Diri

Merpati Putih



Di ibu kota Jakarta pada tahun 1976 setelah dilakukan pendekatan berhasil mendapat kehormatan melatih para anggota Pasukan Pengawal Presiden (PasWalPres). Tahun 1977 komisariat cabang Jakarta dibentuk. Dan pada tahun inipun Merpati Putih mendapat peluang melatih para anggota Koppasandha di Cijantung sampai para anggota Kopassandha sanggup memperagakan keahliannya pada kemeriahan acara peringatan HUT ABRI 5 Oktober 1978. selanjutnya dari tahun ke tahun Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih berkembang di tanah air malahan mendapatkan tempat di berbagai kalangan sebagai salah satu kebudayaan bangsa yang patut dibanggakan.
Sampai saat ini PPS Betako Merpati Putih telah mempunyai Cabang/Calon Cabang di berbagai Propinsi dan tersebar di berbagai kota di Indonesia.


Menurut silsilahnya dapat diuraikan sebagai berikut:
Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro
Grat I : BPH. Adiwidjojo
Grat II : PH. Singosari
Grat III : RA. Djojoredjoso
Grat IV : RM. rekso Widjojo
Grat V : R. Bongso Djojo
Grat VI : Djo. Permono
Grat VII : RM. Wongso Widjojo
Grat VIII : Saring Hadi Poernomo (Sang Guru)
Grat IX : Poerwoto HP dan Budi Santosa HP (guru Besar-Pewaris)
Grat I, mempunyai saudara BP. Amangkurat Amral
Grat III, membuat jalan Margoyoso, dalam legenda menjadi demang Margoyoso
Grat IV, mendirikan perguruan yang pelaksanaannya dikembangkan oleh 3 orang puteranya/keturunannya, yaitu :
Gagak Samodra, mendirikan perguruan di Gunung Jeruk (Peg. Menoreh)
Gagak Handoko, mendirikan perguruan di daerah Bagelen, yang akhirnya pindah ke daerah utara P. Jawa.
Gagak Seto, mendirikan perguruan di daerah sekitar Magelang (Jawa Bagian Tengah).

Secara Umum di latihan Merpati Putih terdiri dari 12 Tingkatan

  1. Tingkat Dasar I, tingkatan pertama masih berstatus calon anggota, walaupun telah berseragam baju atau kaos berwarna putih, celana hitam, kerah baju merah dengan label nama diri di dada namun sabuk masih putih polos.
  2. Tingkat Dasar II, tingkatan kedua dan seterusnya telah memakai seragam anggota tanpa nama diri dengan lambang IPSI dan lambang Merpati Putih di dada serta bersabuk merah polos.
  3. Tingkat Balik I, sabuk merah (tanpa strip) dengan lambang Merpati Putih di salah satu ujungnya.
  4. Tingkat Balik II, sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip merah di salah satu ujungnya.
  5. Tingkat Kombinasi I, sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip jingga di salah satu ujungnya.
  6. Tingkat Kombinasi II, sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip kuning di salah satu ujungnya.
  7. Tingkat Khusus I (Khusus Tangan), sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip hijau di salah satu ujungnya.
  8. Tingkat Khusus II (Khusus Kaki), sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip biru di salah satu ujungnya.
  9. Tingkat Khusus III (Khusus Badan), sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip nila di salah satu ujungnya.
  10. Tingkat Kesegaran, sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip ungu di salah satu ujungnya.
  11. Tingkat Inti I, sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip putih di salah satu ujungnya.
  12. Tingkat Inti II, sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip merah dan putih di salah satu ujungnya.

Acara Inti Tradisi
Tradisi pertama kali dilakukan dengan tiga inti acara yaitu :
 1. Menghantar matahari terbenam
Dengan refleksi dari seluruh peserta Tradisi dimana kita sebagai seorang yang beragama ciptaan Tuhan dengan seiring terbenamnya matahari , seluruh peserta merenung melihat kedalam diri kita kekurangan-kekurangan kita itu seiring dengan terbenamnya matahari serta mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kenikmatan yang telah diberikan-Nya selama satu tahun.
 2. Renungan Malam
Renungan malam dilakukan menjelang tepat pukul 00.00 / tengah malam yang pada intinya yaitu mempersiapkan diri menuju hari yang lebih cerah dengan kebersihan diri.
 3. Menyambut Matahari Terbit
Pada intinya menyambut matahari terbit dimaksudkan sebagai refleksi diri kita untuk dapat menapaki hari esok lebih baik dari hari kemarin. Seiring munculnya matahari dari ufuk timur maka bersama itu pula kita siap menghadapi hari ini dan selanjutnya dengan lebih baik dan bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Acara Tradisi Merpati Putih pertama kali dilakukan yaitu menjelang pergantian tahun baru. Tetapi Tradisi sekarang ini tidak dilakukan pada tangal 1 Suro/ 1 Januari karena kondisi sekarang di Parangkusumo banyak masyarakat pendatang yang memenuhi areal Parangkusumo pada tangal tersebut sehingga bila tetap dilaksanakan pada tanggal tersebut akan mengurangi/mengganggu kenikmatan acara inti tersebut.

Dilihat dari segi keorganisasian tujuan Tradisi adalah :
Pertemuan dan koordinasi Dewan Guru, senior, anggota dan pengurus Merpati Putih yang waktunya sudah ditentukan untuk dapat berkoordinasi antar cabang dan konsultasi keilmuan dengan Dewan Guru, sehingga diharapkan semua Cabang mengirimkan anggotanya atau perwakilannya..

Pertemuan dan silaturahmi dari seluruh anggotanya untuk dapat saling kenal dan tukar pengalaman.
pelantikan kenaikan tingkat tertentu dan ujian kenaikan tingkat tertentu, latar belakangnya yaitu menjamin persatuan kesatuannya khususnya dimulai tingkat tertentu dan akhirnya terjalin persatuan seluruh anggota.

Penyeragaman gerak dari seluruh rangkaian tata gerak yang diajarkan, sehingga secara nasional tidak ada perbedaan yang mendasar dari materi tata gerak.

Presentasi perkembangan keilmuan dari ilmu Merpati Putih memungkinkan untuk tumbuh dan berkembang sehingga bila ada perkembangan dapat diungkapkan dan dikonsultasikan dengan Dewan Guru dalam acara Tradisi.

sumber : http://silatmerpatiputih.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar